Jakarta, 8 Jun 2017. Mungkin kita pernah menghadiri seminar yang secara topik sangat menarik, namun tidak disampaikan dengan baik. Hingga akhirnya membuat kantuk dan kita pun beralih ke telepon genggam dan berselancar di dunia kita sendiri. Salah satu masalah yang mungkin terjadi adalah pemapar tidak menyajikan paparan / powerpoint yang membuat lekat menatap dan terus memompa keingintahuan kita. BagIKAN kali ini, kita berdiskusi mengenai aspek praktis pembuatan paparan yang menarik. Powerpoint seyogyanya berisikan poin-poin penting yang nanti dielaborasi dan didongengkan oleh sang pemapar. Bagus Hendrajana membagikan tip dan trik untuk kita. Menurut Bagus presentasi adalah seni "mengendalikan", mengendalikan audiens Anda untuk tetap fokus dengan cara memberikan highlight bukan membaca. Ia menambahkan "Beri penekanan pada slide yang penting dan Anda paling paham". Kedua, "no template"; usahakan tidak menggunakan template karena akan monoton dan membosankan dan cenderung akan terisi oleh text. Ada pengecualian, jika kantor Anda menetapkan template presentasi yang bersifat official. Cobalah untuk berkreasi sendiri, sehingga paparan Anda terasa orisinil dan membuat yang hadir penasaran. Bagus yang menamatkan gelar master-nya di Manchester University menambahkan kita bisa bermain kreatif dengan warna. Tidak ada batasan baku jumlah warna yang digunakan. Saat ini penggunaan warna-warna palette tengah digandrungi sejak era media sosial mewabah. Tak ada salahnya kita mengikuti selera pasar. Selanjutnya penggunaan huruf, "Big is beautiful" benar-benar diaplikasi pada paparan Anda. Hindari ukuran huruf yang kecil. Jenis huruf pun perlu disesuaikan dengan acara atau audien Anda. Bagus menyarankan gunakan maksimal 2 jenis dan tipografi huruf, seperti Helvetica neue yang memberikan kesan tegas pada paparan Anda. Selain itu pastikan huruf Anda kompatibel dengan sistem operasi atau komputer lain, sehingga tidak ada perubahan tampilan saat ditayangkan pungkas Bagus. Biarkan presentasi Anda bernafas; artinya jangan dipaksakan poin atau gambar yang terlalu banyak dalam satu slide. Anda yang bercerita bukan slide Anda, jangan larikan perhatian audien dari Anda. Anda dapat mempertimbangan penggunaan gambar atau foto sebagai pengganti poin. Gambar bercerita lebih banyak dari kata-kata selain juga dapat digunakan sebagai attention grabber. Usahakan meminimalkan penggunaan animasi karena cenderung mengalihan konsentrasi audien. Selain itu batasi paparan Anda paling banyak 20 halaman untuk menjaga konsentrasi Anda dan audien Anda. Terakhir Bagus menambahkan peran infografis yang saat ini tengah booming. Infografik adalah seni membaca, memahami, meringkas dan menyederhanakan informasi agar mudah dicerna oleh pembaca. Ia mencontohkan infografis mengenai Culture-based Fisheries, perikanan lobster dan status sumberdaya di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia. Informasi yang banyak mampu disajikan hanya dalam 1 tampilan saja dan sangat mudah dipahami. "Padahal jika membaca laporannya yang beratus-ratus halaman dijamin Anda akan tertidur" seloroh Bagus. Infografis bisa menjadi salah satu alternatif visualisasi data dan masalah yang efektif sebagai alat komunikasi massa. Bagaimana, mari kita mulai perbaiki paparan kita agar mampu dipahami oleh audien, namun tidak membuat kantuk. Paparan itu bukan makalah yang disajikan, paparan itu bercerita. (app) Andhika P. Prasetyo Peneliti pada Pusat Riset Perikanan http://dhikafishery.wix.com/fish dhika_fishery@kkp.go.id | dhika_fishery@yahoo.com 081574272686
BagIKAN News - SHOW IT: how to create powerful presentation
Updated: Jun 9, 2020