top of page
Andhika Prasetyo

BagIKAN News - Mengukur efisiensi

Updated: Jun 9, 2020


BagIKAN News - Mengukur efisiensi Jakarta, 20 Apr 2017. Ada kutipan umum di dunia perikanan "Managing fisheries is managing people", karena nyatanya manusianya lah yang menjadi objek pengelolaan perikanan. Salah momok pengelolaan adalah Technological Creep, yakni kondisi dimana efisiensi penangkapan meningkat signifikan pada waktu yang singkat. Hal ini berimplikasi pada bias perhitungan kapasitas penangkapan (fishing coefficient / q) yang berkait erat dengan laju upaya (effort). Techological Creep terjadi akibat adanya pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan effisiensi penangkapan, seperti penggunaan GPS, echosounder, line hauler, peta prediksi daerah penangkapan potensial. BagIKAN kali ini, Moh. Natsir berbagi mengenai cara mengukur efisiensi guna menghindari technological creep sehingga perangkat pengelolaan mampu merespon kondisi tersebut dengan cepat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, effisiensi berarti "ketepatan cara atau usaha atau kerja yg tidak membuang waktu, tenaga dan biaya; bersinonim dengan kedayagunaan, ketepatgunaan dan kesangkilan". Secara teknis, efisiensi berarti tingkat efisiensi komponen-komponen input untuk menghasilkan output. Moh. Natsir yang menamatkan S2 dengan topik Geo-statistik menambahkan ada beberapa metode yang digunakan untuk mengukur efisiensi, diantaranya Data envelopment analysis (DEA), Econometric estimation of production technology, dan Stocastic frontier analysis (SFA). Metode terakhir inilah yang menjadi topik diskusi kali ini. Prinsip SFA adalah membandingkan output dengan kurva Frontier Produksi (possible production Frontier) yang merupakan boundary output maksimal yang bisa dihasilkan dari sebuah input. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Battese & Coelli tahun 1995. Fungsi stichatic frontier. Metode ini memungkinkan kita mengukur faktor teknis dan non-teknis yang mempengaruhi efisiensi. Selanjutnya disiapkan dummies, yakni faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi, namun disusun dalam bentuk kategori. Sebagai contoh, pengalaman melaut kapten kapal yang dicacah dalam rentang tertentu dan dinilai dengan angka "0" untuk tidak ada dan "1" untuk yang memilikinya. Analisis dapat menggunakan perangkat lunak Frontier 2.0 atau menggunakan R package "frontier" dan "plm". Moh. Natsir mencontohkan studi kasus pengukuran efisiensi pada perikanan tuna di Kendari. Perhitungannya memasukkan input bahan bakar, day at sea (DaS), awak kapal, dll. Dummie pengalaman kapten kapal, penggunaan teknologi, dll diperhitungkan sebagai dummie. Output yang digunakan ada hasil tangkapan tuna. Hasil analisis menujukkan bahwa lama hari melaut tidak serta merta meningkatkan produksi yang ditandai dengan inefficiency factor yang bernilai positif. Begitu pula dengan jumlah ABK yang terlibat dalam sebuah operasi penangkapan, dengan kata lain ada kondisi optimal untuk jumlah hari melaut dan jumlah abk yang terlibat dalam penangkapan. Penggunaan ouput, input dan dummie akan dicoba atau di-iterasi beberapa kali untuk menemukan model yang tepat. Indikator model yang baik dilihat dari nilai SigmaSq dan Gamma. Model ini juga dapat digunakan untuk mengukur efisiebsi dalam deret waktu sehingga kejadian technological creep dapat cepat dideteksi yang dipertimbangan secara cepat dalam instrumen pengelolaan. metode ini pun dapat diterapkan di berbagai bidang, diantaranya budidaya, alokasi dana penelitian, alokasi sumber daya manusia, dll. Oleh karena itu, mari manfaatkan input secara effisien agar output yang dihasilkan dapat optimal. Input yang tidak dimanfaatkan dengan baik berarti PEMBOROSAN sumber daya. (app) Andhika P. Prasetyo Peneliti pada Pusat Riset Perikanan dhika_fishery@kkp.go.id | dhika_fishery@yahoo.com 081574272686 


10 views0 comments

Recent Posts

See All

pe-R-ikanan #2b

pe-R-ikanan #2b 2b. Visualisasi Data https://translate.google.com/translate?hl=en&sl=en&tl=id&u=https%3A%2F%2Fr4ds.had.co.nz%2Fdata-visua...

bottom of page